KABARTODAY.COM | Surabaya – Sebanyak enam sekolah mengikuti lomba jurnalistik di Surabaya. Seleksi tahap prestentasi dilakukan beberapa waktu lalu dengan menampilkan 48 karya buletin sekolah. Mereka yang mengikuti seleksi tahap presentasi yakni SMPN 43, SMP Muhammadiyah 13, SMPN 14, SMPN 41, SMP Petra 5, serta SMPN 13.
Kasi Kesiswaan Pendidikan Dasar Dispendik, Tri Aji Nugroho menerangkan, mereka yang lolos tahap presentasi segera diikutkan dalam lomba jurnalistik siswa tingkat nasiona. Karya buletin sekolah harus memiliki standar atau kaidah jurnaslitik yang bagus ketika diikutkan lomba.
Sementara itu salah seorang juri, Rio F. Rachman, Medkom berujar, kualitas karya buletin sekolah buatan siswa SMPsemakin baik. Menurutnya, kemampuan para siswa perlu diasah lagi untuk dilakukan pendampingan secara intensif dan berkesinambungan dari guru Bahasa Indonesia. Sehingga karya tulis mereka semakin sempurna.
Salah satu judul karya “Bunuh diri gara-gara selfie”, memikat perhatian dari tim juri. Tidak hanya konten informasi saja yang dimasukkan, tapi penataan dan komposisi desainnya menjadi sebuah daya tarik tersendiri. Hasil karya tim jurnalistik SMPN 14 tersebut yang dinamai dengan Buletin Kamboja dipaparkan secara jelas pimpinan redaksi, Farihin.
Siswa yang masih duduk di bangku sekolah kelas tujuh tersebut, bercerita tentang mekanisme pembuatan buletin sekolah. Ia bersama timnya melakukan rapat koordinasi terlebih dahulu sebelum menentukan tema yang diangkat. Selanjutnya tim yang telah terbagi menjadi beberapa fungsi tersebut, seperti penulis, fotografer sampai desain grafis mencari informasi dari berbagai sumber.
“Bisa diambil secara langsung, atau data kami dapatkan dari internet, tergantung keadaan”, tambahnya.
Disisi lain, juri fotografi, Mamuk Ismunoto, menyampaikan agar dalam peletakkan foto dan gambar kedalam sebuah majalah harus disertai keterangan tulisan. Hal itu agar yang melihat foto tersebut tidak salah tafsir atau ambigu. “Meskipun fotonya hasilnya bagus, namun jika tidak ada caption foto tersebut tidak berarti apa-apa,” jelas Mamuk. (Pemkot Surabaya/Nisa)