Etitut Dan 3 T, Sang Sekda Morowali Utara

LAPORAN JAYA | MORUTEtitut (attitude) atau sikap adalah sikap, tingkah laku atau perilaku seseorang dalam berinteraksi ataupun berkomunikasi dengan sesama manusia. attitude itu sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. seseorang yang bersikap sopan santun, belum tentu memiliki attitude yang bagus.

Bacaan Lainnya


Ramah, periang, blak-blakan dan suka berkelakar. Namun kesan tegas tetap terpancar dari sosok yang tampak masih sangat energik. Salah satu pejabat Morut yang dikenal dekat dengan para bawahan.

Ketika KABAR TODAY bertandang ke Kantor Bupati Morut usai jam istirahat siang sekitar pukul 14.00 Wita baru-baru ini, ternyata ia belum masuk ke ruangan. Malah pria Sagitarius kelahiran Poso, 13 Desember 1967, lagi bercengkerama dengan para staf di ruang depan.

Memang begitulah cerita staf-tafnya, kedekatakan dan kebiasaan Sekdakab Morut Ir. Musda Guntur, MM bergaul dilingkup Setkab Morut. Ia tak membeda-bedakan pangkat dan jabatan. Mulai dari asisten hingga kebawah, diakrabinya. Makanya ia menjadi figur yang dicintai tapi sekaligus juga disegani. Sebab, sesekali ia bisa marah ketika ada hal yang menurutnya perlu dikritisi. Terutama soal job discription dalam rentang kendali, serta terkait aturan main.

Bagi Musda, sumber daya aparat akan mengikut apabila ettitut atau perilaku dan sikap ditata dan diperbaiki.

Sebagai kepala “administrasi” Setkab Morut, ditangan Musda terletak peran ganda. Setidaknya pertama, menjadi “mediator” antara dua pimpinannya diatas yakni bupati dan wakil bupati. Juga Bagaimana ia memainkan peran untuk menciptakan kondisi kondusif guna melahirkan kinerja yang baik pada tatanan disemua jenjang.

Menjadi sentral pengatur ritme pelayanan administrasi di Setkab Morut, memang tugas Musda Guntur. Bagaimana agar sistem pelayanan administrasi berjalan lancar, terkendali dan bisa oke. Kendati tentulah tidak semulus dan semudah yang dibayangkan. Begitulah.

Pengalamannya sebelum duduk sebagai Sekda, juga cukup lumayan. Sebelum menjadi abdi negara, Musda pernah suntuk mengurusi Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) bidang pertanian. Karena memang ia adalah sarjana pertanian Untad, jurusan budidaya pertanian tahun 1986.

Job-job yang pernah dipegangnya antara lain, menjadi Sekretaris Dinas PU Morowali. Kabid. Fisik dan Sarana, selama 2,5 tahun di Bappeda Morowali, serta menjadi staf ahli. Serta beberapa jabatan lain, sebelum kemudian menjadi Ketua Bappeda Morut pra posisi Sekdakab dijabatnya.

Dua kali menerima penghargaan pusat dan diundang ke istana tahun 1997 dan 1998 sebagai kader teladan koperasi, mewakili Sulteng. Musda menerima penghargaan UMKM dari Presiden Soeharto, disamping penghargaan lainnya.

Bagi Musda, dalam menata ke dalam (internal) setidaknya dibutuhkan yang namanya “3T”. Apa itu?
Tegas, Tertib, Tuntas. Artinya perlu ketegasan dalam rangka menata administrasi. Tapi tentu dilakukan dengan tertib, agar hasilnya bisa tuntas.

Dalam undang-undang ASN, Sekdakab adalah pejabat berwenang dan juga selaku Ketua Baperjakat (Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan). Dengan begitu, ia memiliki kewenangan mempertimbangkan sekaligus merekomendasi pejabat yang akan menduduki posisi atau (job discription) tertentu. Pejabat eselon II misalnya, dipromosi melalui lelang jabatan, melibatkan pihak Universitas Tadulako (Untad). Demikian halnya bagi pejabat eselon III.


Tapi yang memutuskan tetap adalah bupati, selaku pejabat Komite Kepegawaian yang dilekati hak prerogatif sebagai user.

Selaku seorang administratur, peran Sekda memang memiliki kekuatan sentral. Sebagai “motor” Sekretariat Daerah, langkah dan keputusannya vital, terutama secara administratif. Ia harus piawai menata kelembagaan Setkab.
Membina aparatur, agar bisa kualifide dan andal dibidang masing-masing.

Seperti perannya untuk menciptakan kondisi harmonisasi di kalangan pejabat penting daerah diatasnya.

Makanya pejabat yang duduk sebagai Sekdakab adalah figur terpilih dan pas. Harus yang memiliki integritas dan kematangan emosional. Seperti seorang “dirigen” yang mengatur harmonisasi lagu dalam paduan suara. Peran Sekdakab begitu penting untuk menciptakan kekompakan.

Tapi latar belakang pengalaman akedemisi, bagi Musda rasanya belumlah cukup.

Menjadi pamong dan figur panutan memang tidaklah gampang.
Mengajar sabar, jujur dan ikhlas salah satunya.

Berlaku sabar memang agak sulit, jujurpun gampang-gampang susah. Tapi untuk ikhlas, mungkin bisa dilaksanakan.

Salah satunya berfikir positif atau positif tinking. “Maka, jika ikhlas diamalkan dan diimplementasikan dalam keseharian, Insyaallah semua yang direncanakan akan dapat dicapai,” katanya menutup percakapan. KABARTODAY. com

Editoring: JeM

Pos terkait

banner 468x60