Kota Palu – Kebutuhan air bersih merupakan kebutuhan vital buat pengunsi, namun apa mau dikata justru kebutuhan air terasa langka, yang mana diderita oleh para korban gempa dan likuifaksi Kelurahan Petobo Kecamatan Palu Selatan, Kota Palu, Sulawesi Tengah, di lokasi tersebut pengungsian sangat membutuh air untuk kebutuhan sehari-hari.
“Tolong gerakkan komando bapak untuk pemenuhan air bersih, walau hanya untuk satu minggu ini ke depan,” ucap Anggota DPRD Sulteng Yahdi Basma yang juga korban likuifaksi Petobo, di Palu, Jumat.
Yahdi Basma yang juga Ketua Pansus Pengawasan Penyelenggaraan Penanganan Bencana di DPRD Sulteng itu menyebut, sepekan kedepan terhitung mulai tanggal 5 sampai dengan tanggal 10 Januari, keluarga korban gempa dan likuifaksi Petobo di pengungsian akan menggelar tahlilan 100 hari. Tahlilan itu dilaksanakan untuk mengirimkan doa kepada Allah SWT atas meninggalnya korban korban saat gempa dan likuifaksi menghantam Petobo pada 28 September 2018 petang.
Karena Yahdi Basma memohon kepada Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola dan Wali Kota Palu Hidayat untuk menyediakan air di lokasi pengungsian bagi korban gempa dan likuifaksi di Petobo.
“Besok, tanggal 5, 6, 7, 8, 9, 10 Januari 2019 adalah tanggal pemakaian air bersih yang padat-merayap oleh korban di hampir semua shelter pengungsian, karena semua korban menggelar tahlil 100 hari keluarga masing-masing korban,” sebut Yahdi.
Sekitar 1.642 kepala keluarga atau 3.800 jiwa korban terdampak gempa dan likuifaksi Kelurahan Petobo yang saat ini berada di lokasi pengungsian di jalan jepang atau sebelah timur dari area likuifaksi.
Dirinya mengajak kepada semua pihak untuk memberikan dukungan kepada KPK agar segera menuntaskan dugaan kasus korupsi pembangunan SPAM untuk korban bencana termasuk di Palu, Sigi dan Donggala.
“Susah air untuk mandi, minum dan sebagainya. Apalagi suda jarang bantuan air yang biasa dibawa oleh mobil tangki,” ujar RT 1/RW 5 Kelurahan Petobo Abd Naim.
Kesulitan air, sebut dia, bukan baru terjadi atau baru dialami warga. Melainkan telah lama dialami oleh warga korban gempa dan tsunami kurang lebih 3 bulan hingga saat ini. ANT