Aspek Pemeriksaan Laboratorium Dislipidemia

Bacaan Lainnya

Oleh dr. Ni Komang Mentary Putri Sudibia,S.Ked

Tolitoli, Sulteng | Kabartoday.id – Lipid memiliki beberapa peran penting yaitu sebagai hormon, sumber energi, membantu pencernaan, komponen struktural dalam membran sel.

Dislipidemia merupakan suatu kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan kadar fraksi lipid dalam plasma.

Kelainan fraksi lipid yang utama yaitu kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan atau trigliserida, penurunan kolesterol HDL. Kolesterol LDL merupakan faktor risiko utama penyakit jantung koroner dan hipertensi. Kolesterol HDL sering disebut kolesterol baik.

Kolesterol HDL mampu mencegah kolesterol mengendap di pembuluh darah arteri dan melindungi dari aterosklerosis. Trigliserida adalah salah satu jenis lemak yang terdapat dalam darah dan di berbagai organ dalam tubuh.

Kadar kolesterol ditentukan oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. Kolesterol yang tinggi sering ditemukan sebagai akibat dari penyakit-penyakit tertentu. Dislipidemia yang disebabkan karena kelainan genetik disebut dislipidemia primer.

Dislipidemia yang disebabkan karena suatu penyakit lain disebut dislipidemia sekunder, misalnya penyakit hipotiroidisme, diabetes melitus.

Umumnya keluhan pada dislipidemia ini tidak ada. Namun jika sudah berat, pasien akan mengeluh gejala komplikasi dari dislipidemia itu sendiri seperti penyakit jantung koroner dan stroke.

 

Meskipun demikian, harus digali faktor-faktor risiko yang dapat menimbulkan dislipidemia. Adapun orang yang berisiko terjadinya dislipidemia yaitu seperti usia (laki-laki ≥45 tahun, wanita ≥55tahun), riwayat di keluarga dengan penyakit jantung koroner (kematian mendadak <55tahun pada ayah, <65tahun pada ibu), perokok aktif, tekanan darah tinggi (≥140/90 mmHg atau dengan pengobatan hipertensi), berat badan berlebih (obesitas), diabetes melitus, kurang berolah raga, sering konsumsi makanan berlemak atau gorengan.

Evaluasi klinis, menggali riwayat penyakit lainnya pada pasien, serta pemeriksaan penunjang juga dilakukan untuk membantu untuk mendiagnosis pasien dislipidemia.

Adapun persiapan untuk melakukan pemeriksaan kolesterol ini yaitu pasien diminta untuk puasa 12 jam sebelum pemeriksaan. Biasanya puasa dilakukan pada malam hari sebelum tidur dan besok paginya dilakukan pemeriksaan.

Berbagai hal lain yang perlu diperhatikan sebelum melakukan pemeriksaan yaitu hindari konsumsi makanan berlemak tinggi di malam hari, tidak mengonsumsi alkohol, hindari berolahraga terlalu berlebihan, tidak mengonsumsi obat-obatan yang bisa memengaruhi hasil tes.
Langkah-langkah pemeriksaan kolesterol yaitu lengan bagian atas akan diikat dengan pengikat elastis untuk mempermudah menyuntikkan jarum ke dalam pembuluh.

Lalu bagian yang akan disuntikkan dibersihkan terlebih dahulu dengan alkohol. Kemudian, darah akan diambil dengan cara menyuntikkan jarum ke pembuluh darah.

Ketika jumlah darah yang diambil dirasa sudah cukup, petugas kesehatan akan melepaskan ikatan dari lengan kamu. Selanjutnya, bagian yang disuntik akan ditempelkan kain kasa atau kapas beralkohol.

Nilai kolesterol total <200 mg/dl adalah nilai kolesterol total yang diinginkan, 200-239mg/dl adalah sedikit tinggi, ≥240 mg/dl adalah tinggi. Nilai kolesterol LDL <100 mg/dl adalah optimal, 100-129 mg/dl adalah mendekati optimal, 130-159 mg/dl adalah sedikit tinggi, 160-189 mg/dl adalah tinggi, ≥190mg/dl adalah sangat tinggi. Nilai kolesterol HDL <40 mg/dl adalah rendah, ≥ 60 mg/dl adalah tinggi. Nilai trigliserida <150 mg/dl adalah normal, 150-199 mg/dl sedikit tinggi, 200-499 mg/dl adalah tinggi, ≥500 mg/dl adalah sangat tinggi.

Kolesterol LDL dijadikan target utama untuk penatalaksanaan dislipidemia.
Menurut National Heart, Lung and Blood Institute (NHLBI), skrining kolesterol pertama kali bisa dilakukan mulai usia 9 dan 11 tahun.

Tes kemudian dapat diulang setiap lima tahun sekali. NHLBI merekomendasikan untuk melakukan skrining dengan jenjang berbeda terhadap pria dan wanita berdasarkan usia.

Untuk pria berusia ≥45 tahun dan wanita ≥55 tahun bisa melakukan skrining setiap 1 hingga 2 tahun sekali. Untuk lansia usia >65 tahun dianjurkan untuk melakukan skrining setiap tahun.

Jika sudah mengidap penyakit arteri koroner atau tes awal menunjukan kadar kolesterol tinggi, tes kolesterol perlu dilakukan lebih sering.

Tes kolesterol juga ditujukan pada penyandang penyakit diabetes melitus untuk memantau pengobatan yang sudah dilakukan. ***

Penulis Artikel

dr. Ni Komang Mentary Putri Sudibia,S.Ked

Pos terkait

banner 468x60